“Lo putus beneran Ram?” tanya Andra setibanya di rumah Rama
Andra adalah Sahabat Rama dari kecil, mereka tinggal satu komplek. Dipisahkan oleh beberapa blok saja. Satu-satunya orang yang mengenal Rama luar dan dalam dengan pasti ya hanya Andra, apalagi umur mereka seumuran. Mereka berdua bersahabat sudah lebih dari 15 tahun. Andra sudah dianggap menjadi bagian dari keluarga Rama, begitu juga sebaliknya. Andra langsung datang ke rumah Rama begitu mengetahui Rama dan Rini putus. Andra sangat mengerti kalo sahabatnya itu sangat membutuhkan orang untuk sharing jika ada kejadian seperti ini.
“Ya gitulah Ndra”
“Kok bisa sih?”
“Ya bisalah, apa sih yang nggak bisa di dunia ini?”
“Maksud lo apaan Ram…?”
“Gw ternyata salah Ram selama ini, i'm too selfish...”
“……………………”
Andra terdiam mengernyitkan dahinya ketika mendengar perkataan Rama barusan. Dia kaget, mendengar Rama berkata seperti itu. Seorang Rama yang super duper egois ternyata bisa juga bilang untuk jangan memaksakan kehendak dan mengakui bahwa dirinya salah. Biasanya jika kehendak atau keinginan Rama tidak terwujudkan, ia akan memakai segala cara untuk mendapatkan tujuannya itu. Tetapi kali ini tidak, ia terlihat tulus dan mengambil hikmah dari semua ini. Semua itu tergambar juga di raut wajah Rama, ia sangat tenang dan tidak kelihatan emosinya, nyaris tanpa otot nada bicaranya.
“Trus lo berencana balikan lagi Ram?”
“Untuk balik lagi gua nggak tau, tapi yang jelas sekarang biarin aja kayak gini…?"
"Lo masih sayang sama dia?" Rama hanya mengangguk
Lagi-lagi Andra terdiam, dia bingung harus bagaimana. Biasanya jika ada situasi yang seperti ini, Rama sangat emosional, dan Andra-lah yang berusaha menurunkan emosi sahabatnya itu. Namun baru kali ini Rama terdengar sangat dewasa untuk menyikapi sesuatu dan melihat sesuatu hanya tidak dari satu sudut pandang, sudut pandang seorang Rama.
“Trus lo mau gimana?”
“Gua mau sendiri dulu Ndra” jawab Rama sambil menatap Andra
“Lo yakin Ram? Padahal besok kan udah bulan puasa…” ujar Andra yang masih nggak percaya
“Ya gua mau sendiri dulu untuk sementara waktu, lagian bonyok gua juga mau ke Bali seminggu… gua mau ngerubah sifat gua, gua mau belajar untuk mengkotak-kotakkan perasaan yang ada di diri gua, kalo kemaren kayaknya cuma ada kotak emosi, ambisi sama egois, dan sekarang ada tiga hal yang pengen gua kotakkin di kesendirian gua, yaitu kebebasan, perubahan dan yang terakhir pencarian” jelas Rama
"Gua juga belajar manajemen hati gw dulu Ndra, need a time to be a man..." lanjut Rama
“Caranya lo tau lo berubah gimana?” Andra sedikit heran dengan rencana sahabatnya itu
“Gua pengen buat semacam diary gitu di laptop gua, dan gua me-review apa yang terjadi dan apa yang gua rasain dari hari ke hari, nggak setiap hari juga, mungkin 3 hari sekali… nah, nanti gua liat deh catetan gua sehari-hari itu… apakah gua lebih baik, sama aja atau malahan lebih buruk, mungkin itu cara yang oke"
“Kalo hasilnya lebih buruk gimana?”
“No, hasilnya harus lebih baik Ndra! karena itu tujuan gua, yang jelas bakal ngebunuh karakter gua yang bangke lande ini, hehe…”
“Ya nggak apa-apa lah, kalo emang karakter yang harus dibunuh itu jelek, yaudah bunuh aja, head shot kalo perlu” Andra menimpali
Andra sedikit lega mendengar Rama berkata seperti itu. Walaupun ia masih tidak percaya Rama akan berubah, atau setidaknya bisa bertahan dengan kesendiriannya itu.
“Nah, jadi sori banget Ndra, untuk beberapa hari ini lo nggak usah hubungin gua dulu deh… gua bener-bener pengen sendiri dulu, tapi kalo ntar ada apa-apa, pasti gua akan hubungin lo”
“Tenang aja Ram, gua ngerti banget kok kondisinya, asal kesendirian ini nggak ngebuat lo makin jatuh aja”
“Believe in me” jawab Rama singkat dengan senyumnya
Setelah putus dari Rini, Rama sangat terpukul, ia pun menyadari bahwa sifatnya ada yang harus dibuang dari dirinya, yaitu egois dan emosional. Jika tidak bisa dibuang, setidaknya dikurangi.Karena akibat itulah, Rama kehilangan salah satu orang terbaik yang pernah dimiliki Rama. Ia sangat menyesal sebenarnya, mengapa ia baru menyadari hal itu saat ini. Tetapi menyesal memang selalu datang belakangan. Rama pun mencoba mengambil hikmah dari itu. So, bulan puasa tahun ini, terpaksa harus dilewatkan sendirian oleh Rama, tidak seperti 2 tahun kemarin yang selalu bersama Rini - tarawih berdua, buka puasa bersama, ngabuburit dsb - Tapi Rama justru berpikir, bahwa Ramadhan kali ini adalah Ramadhan yang sesungguhnya, yaitu bulan penuh hikmah.
Tak berapa lama, terdengar azan Isya berkumandang dari masjid dekat rumah Rama. Panggilan untuk sholat Isya dan sekaligus menjadi pertanda dimulainya sholat tarawih yang pertama di bulan Ramadhan 1430H ini, Marhaban Ya Ramadhan! benak Rama...
(bersambung)
Selasa, 01 September 2009
Cerita Ramadhan "Ikhlas" episode 2 (sendiri dulu)
Diposting oleh
Argadi
di
06.37
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
makin penasaran nih........ gag ada rini sinta masih nunggu mas heheheh
salam hangat
joni
pak Pim red, segera itu cerita dibikin dunk lanjutanya kayaknya asik tuh.
Oke ditunggu yaa...
Posting Komentar