Minggu, 22 Maret 2009

Regenerasi


Gw rela mengundur jadwal malam minggu ini
Gw pun rela untuk nahan laper dan hanya makan sate buat ganjel perut kosong
Gw pun rela untuk mengganti jadwal nonton bioskop gw ke hari senin
Semua ini hanya untuk nonton idola cilik
Hanya untuk mendengarkan kepolosan suara dari Patton
Hanya untuk mendengarkan fibra yang khas dari Debo
Hanya untuk melihat orisinalitas dalam bermusik
Dan hanya untuk melihat calon regenerasi dalam musik Indonesia
Benar! Musik Indonesia sangat membutuhkan regenerasi
Itu juga yang dikatakan oleh seorang Glenn Fredly sambil memeluk Patton
“Musik Indonesia membutuhkan regenerasi”

Secara kita tidak sadari, kualitas musik Indonesia sedang merosot taja
Yang ada hanya kuantitas (sering-seringan muncul)
Siapa yang lebih sering muncul maka dialah yang akan nge-hits
Tak peduli seberapa bobrok lagunya, seberapa fals suaranya

Memang sih, sangat sulit menciptakan lagu anak-anak yang bisa nge-hits
Seperti lagu ciptaan Bu Kasur, Bu Sud atau seperti era Papa T Bob
Namun setidaknya musik Indonesia bisa melahirkan bibit-bibit terbaik yang mempunyai kualitas

Selamat berjuang, Patton & Debo…

Jumat, 20 Maret 2009

Esensi

Kita pasti sering jalan-jalan ke tempat ramai, seperti mall, bioskop dsb. Banyak sekali kita jumpai berbagai macam orang dan juga berbagai macam pasangan. Apalagi untuk seorang gw yang gak bisa diem.

Beruntung gw punya ‘hobi’ memberikan perhatian lebih kepada orang lain (baca: suka merhatiin orang), jadi gak ada orang yang lewat depan gw tanpa gw perhatiin. Dari yang pake sandal jepit sampe yang pake sepatu pantofel. Dari yang acak-acakan ala changcuters hingga rambut miring ala kangen band. Kalo pasangan, dari mulai yang cuma senyum-senyum malu hingga yang bajunya kembaran.

Misal : ceweknya adi (yang cewek) dan cowoknya ida (yang cowok), atau I love Donald (yang cewek) dan I love Dessy (yang cowok), dll.

Itu baru dari fashion, tapi coba deh kita perhatiin lebih dalem lagi ke setiap pasangan yang ada. Disitu keliatan banget bahwa ada bahasa-bahasa yang keluar dari mereka, meskipun mereka hanya terdiam. Bukan bahasa tubuh, tapi seperti ada kata-kata yang keluar di atas kepala mereka (mirip komik-komik).

“Ini lho pacar gw!”

“Ini lho pasangan gw yang ganteng bangettttt!”

“Ini lho cewek gw yang kayak Luna Maya”

Yes! Seperti itulah kira-kira bahasa yang keluar dari mereka. Tak peduli pasangannya sejelek apapun, tak peduli pasangannya seaneh apapun, tak peduli pasangannya sehitam apapun. Karena mereka bangga! Mereka bangga memakai kaos bertuliskan I love Donald, meskipun mukanya cenderung mirip Mickey (baca: tikus).

Dan menurut gw itulah esensi yang utama dalam berpacaran, bangga terhadap pasangannya!

Senin, 16 Maret 2009

Sesaat Sebelum Mereka Kembali ke Jakarta


Suatu sore di Jogja,

Ninta :
Nanti kita pesawat jam brapa ma?

Mama :
Jam 17.25

Ninta :
Berarti nyampe Jakarta jam setengah tujuh ya ma?

Mama :
Iya, oleh-olehnya udah dinaekin ke mobil?

Ninta :
Udah ma

Mama :
Nih koper bajunya dinaekin

Ninta :
Oke...

Ninta :
Ya ampun, ma liat deh... koper bajunya cuma satu, tapi oleh-olehnya ada tiga! mana yang dua kardusnya gede-gede

Mama :
Hahaha, iya ya... Dari Jakarta cuma bawa satu koper, pulang-pulang bawa banyak

Ninta :
Iya, banyakan oleh-olehnya daripada koper bajunya

Penulis :
Gimana nggak makin sumpek Jakarta... hehehe

Minggu, 15 Maret 2009

Bukan Meniru

"Eh, coba deh dengerin lagunya Andra and The Backbone yang Sempurna, mirip banget ya kayak lagunya Kansas yang Dust in The Wind, atau lagunya King of Convenience yang Homesick"

"Lo dengerin lagunya D'Masiv yang Cinta Ini Membunuhku deh... chordnya sama kayak lagunya My Chemical Romance yang judulnya I Dont Love You!"

"Lagunya Peterpan yang Tak Bisakah sama banget lho sama Am I Wry nya MEW!"

"Gila, lagunya Joeniar Arif yang Rapuh jiplak banget sama lagunya Leona Lewis yang Bleeding"

"Lagunya Andra and The Backbone yang Musnah melodinya niru Weezer yang Buddy Holy ya?"


Dan masih banyak lagi komentar-komentar lainnya yang (berusaha) membanding-bandingkan lagu Indonesia dengan lagu luar negeri. Mereka juga (sok) berusaha menjadi pengamat musik yang handal.

Ahmad Dhani pernah ngomong :
"Sekarang ini, mustahil menciptakan lagu tanpa meniru atau mempunyai referensi! siapapun dia"

Gw setuju banget sama omongannya Dhani. Menurut gw, semakin hari pasti semakin banyak grup band, penyanyi atau lagu-lagu baru yang bermunculan. Sangat mustahil jika kita ingin menjunjung orisinalitas. Semuanya pasti meniru! Entah itu hanya sekedar influence ataupun referensi saja. Mereka pasti membutuhkan pembanding lagu lainnya untuk lagu yang mereka ciptakan.

Gw yakin kok, sebenarnya budaya Indonesia bukan budaya meniru. Namun budaya Talk Only (gw setuju banget sama sindiran Clas Mild : Talk Less do More). Setiap ada band baru muncul dikomentarin: mirip inilah, mirip itulah, tampangnya gak ngejual, lagunya kayak lagu melayu, dsb. Padahal sebenarnya mereka hanya iri dengan keberhasilan orang lain.

Perlu diingat, rezeki itu Allah yang mengatur.

Dan juga mungkin mereka lupa, tangga nada hanya ada 7! Jadi sangat mungkin jika ada kemiripan antar lagu.

Jumat, 13 Maret 2009

SMS from her (2)

Falling in love is easy,
staying in love requires work..
Pertahankannya yg gx gampang yank..
Met 2bln..
Smoga qta bs mempertahankannya dg mudah..
Amin..Luv u always

Sender:
Pacarrr!
+628568382874

Sent:
10:01:22
14-03-2009


Nb,
Balesan dari gw:

Iya sayang, mudah2an y..
Aku jg sayang kamu! bru bangun nih


(SIAL, GW LUPA NGUCAPIN MET 2BLNAN JUGA!!!!!)

Cerita Cinta Pagi Hari

Jogjakarta
14 Maret 2009
09:52

Bisakah kau tulus untukku
Sesuatu yang ku yakin terdapat di hatimu
Sesuatu yang ada dan ku percaya sungguh
Sesuatu yang akan kebalas penuh

Bila naluri ini memang benar
Mengikutimu dengan segala tujuan
Memilikimu adalah maksud dari jalan yang ku tempuh
Mencintaimu disaat mentari mulai terlihat,
bergeser, tenggelam lalu muncul kembali

Sehingga ku tahu memang ada pintu hati terbuka
Antara hatimu dan hatiku
Dan bahagialah aku jika bersamamu

Nb : Sok romantis lw ga!

Kamis, 12 Maret 2009

Kambing Jantan


Kualitas,
Kesimpulan yang gw ambil dari film yang barusan gw tonton

Kambing Jantan, catatan pelajar bodoh
Film itu memang sederhana menurut gw
Dari segi cerita, gambar, peran dsb
Malahan terkesan lebay dalam beberapa scene
Namun film itu memiliki kualitas

Seperti kita ketahui, tahun 2008 film lokal di Indonesia banyak sekali yang bernuansa (sok) seksi dengan cerita yang (sangat) biasa
Barbie, Ku Tunggu Jandamu, Suami-suami Takut Isteri, Asmara Dua Diana (awal 2009) dsb
Film-fillm itu hanya menampilkan bagian seksi Julia Perez, Dewi Perssik, Sarah Azhari, Aura Kasih, Titi Kamal dll
Cerita asal, bintang film seksi, adegan syur, yak! Jadilah sebuah film…

Belum lagi film-film yang (masih aja) bertemakan horor
Sound horor (deng deng….!!), ngagetin orang, ada adegan syur (tetep…), ada yang mati, balas dendam, yak! Jadilah sebuah film…
Gw tadi kaget bgt pas ngeliat ada dua film yang memakai kata POCONG pada waktu yang bersamaan… (bener2 gak ada kemajuan)
The Real Pocong, dan Sumpah(ada)Pocong
Pasti kalo Pocong itu bisa bangun, dia akan minta royalti, karena namanya sering banget muncul buat judul film
Ternyata sifat (buruk) plagiatisme dan kerumunan masih bernaung dengan damai di negeri kita yang tercinta ini (baca : Indonesia)
Gw juga sempet ngakak pas ngeliat film Pocong vs Kuntilanak
Gw pikir film ini nyaris sama kayak Alien vs Predator gitu, gak taunya film ini gak jauh beda dengan sinetron dubbing yang ditayangin di Indosiar… puffh, kebuang sia-sia 20rb gw

Dan akhirnya muncullah penyelamat kita, yaitu film Kambing Jantan!
Film ini sama sekali nggak ada adegan syurnya (finally, yes!)
Gw juga sedikit bingung awalnya, pesan moral apa yang mau disampein sama Raditya Raka feat. Rudy Sujarwo disini
Kisah cintanya datar, gampang ketebak
Humornya juga terkesan gampang dilupain
Tapi akhirnya gw nemuin satu kata, kualitas
Waktu si Dika nyari kartu telpon, ia sempet salah milih pada awalnya
Ia milih kartu yang murah dan lama telpnya, tapi jelek sinyalnya
Setelah menyingkirkan kartu yang agak mahal dan sebentar nelpnya, namun bagus kualitas sinyalnya
Walaupun akhirnya ia lebih memilih kartu yang sebentar nelpnya tapi bagus kualitasnya
Dan juga berkali-kali orang India itu ngomong ke Dika, “quality, not quantity”
Disini jelas banget ngegambarin bahwa orang-orang Indonesia masih suka terhadap kuantitas dibandingkan kualitas

Coba saja lihat berapa banyak sarjana yang dilahirkan setiap tahunnya
Namun berapa persen dari mereka yang mempunyai kualitas yang bagus
Yang benar-benar menguasai teori dan praktek
Ujung-ujungnya ya jadi pengangguran, atau berwirausaha menjadi tukang jual pulsa
Coba lihat lagi, biasanya orang menengah kebawah banyak banget anaknya
Namun mereka jadi morat-marit untuk menafkahi keluarganya, (apalagi) menyekolahkan anak-anaknya tersebut
Ujung-ujungnya tamatan SD
Karena ya itu tadi, budaya kita masih budaya kuantitas bukan kualitas
Budaya kita masih belum bisa berinovasi
Masih sulit untuk memiliki kualitas
Masih belum bisa mempunyai sifat anti kerumunan

Semoga dengan tayangnya film Kambing Jantan ini bisa membuka mata, telinga, dan hati kita semua tentang apa itu KUALITAS.

Rabu, 11 Maret 2009

Terbiasa Untuk Biasa

Seorang calon bupati stress dan berlari sambil telanjang
Ia stress karena kalah pada pemilihan bupati
Seorang gadis berusaha bunuh diri dengan lompat dari lantai atas pusat belanja
Ia tertekan karena tidak bisa keluar dari masalahnya yang berat

Dan banyak sekali contoh dari kehidupan
yang menunjukkan ketidaksiapan kita terhadap roda kehidupan
Ketika kita sedang berada diatas
kita biasanya lupa akan daratan
Banyak kita lihat orang-orang yang terganggu psikisnya

Hal itu terjadi karena mentalnya belum terlatih

Aku bangga dengan diriku
Aku bangga dengan kisah hidupku

Terlahir dari keluarga yang biasa
Membuatku juga terbiasa untuk hidup biasa
Fleksibel, kata yang cocok menurutku

Aku mengenal banyak orang
Dari kalangan atas hingga seorang tukang becak di komplek
Dari pemilik tempat hiburan terkenal hingga sang owner warteg
Dari mahasiswa s2 hingga tukang koran tamatan sd

Aku diharuskan untuk bisa memakan apa saja
Dari sirloin steik AUS hingga daging ayam pasar lokal
Dari spaghetti carbonara hingga mie jawa godog
Dari nasi goreng GM hingga nasi goreng kecap mba Iis

Aku pernah merasakan tidur di segala tempat
Dari hotel bintang lima hingga kamar kos-kosan
Dari kamar taraf suit room hingga kamar 2x3
Dari kasur spring bed hingga beralaskan sajadah

Karena itulah aku jarang mengeluh
Diajarkan untuk menerima apa saja

Dan aku pun mencoba terbiasa untuk biasa