Jumat, 30 Oktober 2009

Curhatannya Orang Logika

Sepertinya sudah terlalu lama aku berdiam diri
Bermain-main dengan dunia yang aku buat sendiri
Buta mata ini melihat segalanya berantakan
Kamar ini mulai tidak tertata, debu semakin menebal kaca
Kurasa aku mulai tidak sanggup untuk menyambut hari yang semakin rumit
Tidak ada yang lebih buruk dari itu

Hingga matahari mulai masuk perlahan
Membuat diri ini bisa sedikit bernapas dengan lega
Membuat diri ini semakin bersemangat menikmati penat
Membuat diri ini semakin senang untuk tertantang
Membuat diri ini semakin merasa berarti ketika sendiri

Mungkin ‘itu’ adalah dirimu
Mungkin itu yang aku butuhkan
Sedikit waktumu untuk membantuku perlahan
Sedikit waktumu untuk mengajakku keluar dan berlari
Sedikit waktumu untuk meringankan apa yang selama ini menjadi beban
Sedikit waktumu untuk membuatku lupa emosi yang baru saja terlontar
Karena aku terlalu muak dengan taman abu-abu yang setiap hari kudatangi

Sebatang demi sebatang yang kuhisap sudah tak mampu melampiaskan perasaan sempit ini
Namun denganmu, semua terasa cepat begitu saja, semua menjadi luas
Aku tak ingin berbicara mengenai hari esok
Tapi bisa kupastikan, ini yang aku rasakan hari ini

Selasa, 27 Oktober 2009

Sumpah Pemuda

Hari ini, 81 tahun yang lalu, terjadi peristiwa sumpah pemuda
Untuk itu, gw pengen ikut berpartisipasi di hari ini

Gw sebenernya takut banget sama sumpah
Karna sumpah jauh diatas janji (menurut gw)
Dan gw takut gak bisa ngejalanin sumpahnya
Karna sumpah sudah melampau batas emosi (menurut gw)

Tapi semoga sumpah gw yang ini bisa gw pertahankan.

Gw, Pemuda Indonesia, bersumpah :

"Akan mencintai Pemudi Indonesia..."

We are Proud!



Mungkin cuma ini yang bisa gw ungkapin, sebagai wujud apresiasi gw terhadap beragam budaya bangsa,
namun jauh dari itu, gw BANGGA

- iklan di Vibe Magazine (edisi Oktober) -

Kamis, 22 Oktober 2009

O Em Ji...

Minggu lalu dosen gw yang gemar membuat buku, bercerita
Bahwa ia akan membuat buku yang berjudul Sipon, The Truth Of Love
Buku ini bercerita tentang bagaimana perjuangan seorang istri yang dengan sabar menunggu kedatangan suami tercintanya
Suami tercintanya yang diculik oleh orang-orang yang tak dikenal, akibat menyuarakan aspirasinya
Aspirasi dari rakyat kecil terhadap keadilan, pada saat kerusuhan di depan markas PDIP beberapa tahun yang lalu
Hingga kini sang istri masih yakin, bahwa suaminya akan pulang dan kembali kepelukannya

Namun gw sedikit ngasih masukan buat dosen gw itu
Gw lebih suka kalo judulnya bukan Truth of Love, tapi Power of Love
Kenapa demikian??
Karena menurut gw, cinta itu bisa membuat kekuatan, dan kekuatan itulah yang menciptakan keyakinan untuk bertahan dengan cinta tersebut
Kekuatan itulah yang bisa menanamkan keyakinan di diri Sipon untuk tetap setia menunggu suaminya
Dan terkadang kekuatan cinta itu memang jauh diluar dugaan dan kemampuan kita
Sehingga kita pun berpikir, kok gw bisa kayak gitu ya??

Sebuah sms singkat ‘Selamat pagi…’ di pagi hari, yang kita lihat ketika kita bangun tidur, bisa membuat kita bersemangat untuk melewati hari ini, meski sudah ditunggu oleh banyak sekali tugas yang menumpuk
Seorang anak keci yang lucu, mampu menghilangkan kepenatan sang ayah setelah satu hari bekerja, ketika sang ayah pulang ke rumah dan memeluk dirinya
Sebuah kecupan manis dari suami ketika hendak melangkah untuk bekerja, membuat istrinya yakin, suami tercintanya itu akan pulang untuknya
Sebuah tepukan di pundak dari seorang sahabat, bisa melumerkan seluruh cairan kepenatan yang membelenggu
Sebuah senyuman sederhana dari seorang yang kita sayangi mampu dengan begitu saja melumpuhkan semua masalah yang ada di depan mata
Sebuah nyanyian dari seseorang kekasih untuk kita, yang mampu membuat kita seperti orang gila, dan senyum-senyum sendiri
Dan sebuah ucapan ‘Selamat tidur…’ di malam hari, bisa membuat kita tertidur dengan tersenyum dan terlelap pulas hingga memimpikan orang yang kita cintai

Oleh karena itulah, gw menyebutnya kekuatan cinta
Sebuah kekuatan yang gw sendiri sulit untuk mendeteksinya
Sebuah kekuatan yang ngebuat gw terdiam nggak berkutik, ketika disampingnya
Meskipun gw orang yang sangat berisik sekalipun
Sebuah kekuatan yang ngebuat sore ini gw bisa lari hingga 3 kali berkeliling komplek
Yang biasanya gw cuma mampu sekali aja

O Em Ji..! Apakah gw lagi menulis tentang kekuatan cinta?? Atau malahan lagi jatuh cinta??

Selasa, 13 Oktober 2009

Budaya atau Masyarakatnya yang Miris?

Isu tentang kebudayaan memang lagi hangat-hangatnya terdengar oleh kita belakangan ini. Tetapi menurut gw, alesan untuk bangga dan heboh akan kebudayaan itu disebabkan bukan dari jiwa yang tulus, tetapi karena kebudayaan kita yang mulai diakui sebagai budaya negara lain, contoh Malaysia. Negara tetangga kita yang katanya satu rumpun itu mengakui beberapa kebudayaan negara kita, seperti Reog Ponorogo, lagu Rasa Sayange, alat musik Angklung, alat musik Gamelan, dan yang paling hangat tentu saja Tari Pendet dari Bali. Tari ini terdapat di dalam iklan televisi pariwisata Malaysia.

Sontak saja hal tersebut membuat bangsa Indonesia marah dan memuncak, berbagai macam cara dilakukan untuk ‘menyerang’ Malaysia. Salah satu contoh adalah penyerangan system website computer yang berbasis di Malaysia oleh para hacker dari Indonesia.
Akhirnya masyarakat Indonesia mulai memperhatikan dan membanggakan kebudayaannya.
Seperti yg gw bilang tadi, sayangnya ketika baru ada sesuatu baru deh kita bergerak.

Hingga pada akhirnya Batik pun diakui sebagai warisan budaya Indonesia pada tanggal 02 Oktober 2009. Serentak pada hari itu ‘seluruh’ warga Indonesia memakai baju Batik. Lagi-lagi, kenapa baru tanggal 02 Oktober 2009 kemarin kita semua memakai Batik berbarengan? Itu pun setelah dikukuhkan oleh UNESCO terlebih dahulu. Tapi dibalik itu semua, gw sempet terharu dan merinding ketika pada pagi harinya gw memutuskan untuk jalan-jalan naik motor, dan mengambil foto-foto orang-orang yang memakai Batik.

Hampir seluruh masyarakat Jogja memakai Batik pada hari itu. Dari mulai pegawai negeri, karyawan swasta, pengendara motor, anak sekolahan, mahasiswa, sekuriti, supir taksi, dan bahkan gw juga menemukan pedagang/ penjual bakso keliling yang memakai batik. Gw pun bertanya sama tukang bakso itu, apa yang menyebabkan dia memakai baju Batik. “Ya saya lihat tivi mas, katanya hari ini diharuskan memakai Batik, makanya saya pakai Batik…” jawabnya dan terlihat sangat bangga ketika gw foto.
Pokoknya pagi itu menjadi salah satu pagi yang terindah dan gak bisa gw lupain di Jogja. Gw rela nggak jadi ke dokter demi mengambil foto-foto mereka.

Merasa nggak mau kalah dengan semua kehebohan tentang Batik, pada hari itu seluruh karyawan di kafe diharuskan berseragam Batik. Belum berhenti sampai disitu, logo kafe juga gw ganti Batik. Lalu pada malam harinya ada pemberian diskon 13% bagi kostumer yang memakai seragam batik pada malam itu, yang dipublikasikan lewat Twitter dan Facebook. Hasilnya? Ciri khas warna hitam putih dari kafe pun seolah digantikan dengan corak Batik dari kostumer dan juga karyawan.

Finalnya adalah, pembuatan iklan cetak bulanan kafe di Vibe Magazine (majalah hiburan) yang bertemakan Indonesian Heritage. Di iklan tersebut terdapat beberapa kebudayaan Indonesia seperti Reog, tari Pendet, tari Saman, Koteka, Angklung, dan memiliki tagline “We are Proud of Indonesian Heritage”. Yup, gw bangga dengan segala macam warisan tersebut.

Namun, baru-baru ini kebanggaan gw terhadap budaya bangsa itu sedikit menurun. Temen gw ‘dipaksa’ memutuskan hubungannya dengan kekasihnya karena kebudayaan. Kekasih temen gw itu ternyata keturunan Raden Roro, dan dia anak pertama. Dan menurut budaya tersebut, temen gw nggak boleh berhubungan dengan kekasihnya itu.

Gw ibaratkan gini, kita disuruh menCINTAi berbagai macam KEBUDAYAAN di negeri ini, tapi terkadang kebudayaan itulah kita ‘DIPAKSA’ harus merelakan orang yang kita CINTAi. Sory tulisannya besar-besar, jujur gw sangat emosi di paragraf ini.
Nggak cuma temen gw itu aja, masih banyak contoh yang lain kok. Nggak boleh sama cewek Padang, nanti kita ‘dibeli’ dan diatur-atur. Nggak boleh sama cewek Sunda, katanya boros dan sedikit matre. Begitu juga dengan Manado, denger-denger suka berpesta. Lalu jika orang Tionghoa maka harus dengan Tionghoa, begitu juga dengan Arab. Maaf bagi yang disebutkan sukunya diatas, tapi gw yakin kalian semua sudah pada mendengar tentang ini. Sungguh ironi bukan?

Setelah gw cermati lagi, ternyata bukan kebudayaanlah yang salah. Namun orang-orangnya yang salah. Karena memukul rata dalam satu kebudayaan. Dan sialnya, yang dipukul rata adalah hal-hal yang negatif! Merekalah yang membuat negara ini tidak bersatu karena persepsi-persepsi tadi. Merekalah yang membuat negara ini terpecah karena beragamnya budaya. Merekalah yang tidak mengerti tentang perbedaan. Siapa mereka? Mungkin bisa gw istilahkan, manusia kolot yang tidak mengerti zaman.

Ada yang punya masalah seperti ini juga?? ANYONE??

Buat temen gw, sabar ya… ambil hikmahnya. Mungkin lo dikasih jalan sama Allah untuk terhindar dari calon mertua yang kolot, norak, sok ngerti budaya dan nggak GAUL.

Kamis, 01 Oktober 2009

Pengalaman Menjadi Pembicara (Iklan Itu)

Di bulan puasa kemaren gw dikasih kesempatan untuk jadi pembicara
Ini pertama kalinya gw jadi pembicara, dan ngemeng di depan umum
Meski untuk lingkup yang masih kecil, tapi lumayanlah bisa sharing ilmu sama pengalaman
Dan yang paling penting buat gw juga, gw udah ada modal keberanian untuk berdiri di depan dan menghadap audiens
Gw dikasih 2 kesempatan untuk jadi pembicara
Yang pertama waktu ospek komunikasi di UGM, dan yang kedua waktu buka bersama Deadline UGM

Di kesempatan yang pertama (di UGM) gw berbicara masalah iklan
Karena gw bukan orang iklan (hanya sebuah mahasiswa periklanan yang banyak belajar tentang iklan), jadi gw ngebahas iklan dari pandangan umum aja
Meskipun bahasannya cetek tapi lumayanlah, bisa ngebuat para mahasiswa baru itu serius merhatiin gw (maaf ya adik2)

Judul gw adalah IKLAN ITU
Menurut gw…
Iklan itu SEBUAH PESAN
karena mereka bermaksud menyampaikan sesuatu, dan pasti ada sesuatu yang akan disampaikan, meskipun iklannya tanpa dialog dan copy sekalipun
Dan setiap orang membutuhkan pesan, kita ada di restoran, sms, memo, semua berkaitan dengan pesan

Iklan itu NARSIS
mereka bangga terhadap brand yang diiklankan, kayaknya gw belom pernah liat ada iklan yang gak bangga sama produk yang diiklankan
Setiap orang juga suka narsis, foto2 dimanapun berada, bangga dengan apa yang dimiliki, pada umumnya setiap orang memang butuh narsis

Iklan itu JUALAN
ya iyalah, ujung-ujungnya dari iklan adalah jualan produk, menjual produknya, meskipun iklan layanan masyarakat sekalipun, karena pasti ada brand yang muncul disitu
Manusia juga pasti pernah dan membutuhkan jualan, entah jualan handphone, mobil, baju, rumah, atau jual diri sekalipun! dan kita pasti membutuhkan itu (jualan), gak mungkin kalo kita hanya membeli terus!

Iklan itu KENALAN
Meskipun brandnya udah lama (Nike, Levi’s, Nestle), tapi pasti ada produk barunya yang keluar, dan itu membutuhkan perkenalan kepada konsumen, bener??
Begitu juga manusia, gak mungkin bisa bertahan hidup tanpa berkenalan (gak mau nerangin panjang lebar ah yang ini, pasti dah ngerti semua kok)

Iklan itu EKSISTENSI
Seorang Glenn Marsalim pernah bilang, gak ada brand yang paling bagus di dunia ini, karena mereka masih eksis beriklan, dan itu emang bener! Brand-brand yang udah gak eksis beriklan lagi pasti udah hilang deh, contoh?
You now what? Manusia juga kan… kita buat akun di FB, Twitter, My Space atau jaman dulu Friendster, karena kita sebenernya pengen ngomong “Hey, ini gua lhoooo” dan menujukkan ke orang-orang lainnya kalo kita masih eksis, meskipun di dunia maya

Dan dari rangkuman itu, gw buat kesimpulan sederhana
IKLAN ITU adalah KEBUTUHAN KITA
Semoga gw ngomong yang bener, dan nggak bikin ngamuk orang-orang iklan :)
Dan yang paling penting, semoga omongan gw itu bisa dimengerti!!!!