Kamis, 12 Maret 2009

Kambing Jantan


Kualitas,
Kesimpulan yang gw ambil dari film yang barusan gw tonton

Kambing Jantan, catatan pelajar bodoh
Film itu memang sederhana menurut gw
Dari segi cerita, gambar, peran dsb
Malahan terkesan lebay dalam beberapa scene
Namun film itu memiliki kualitas

Seperti kita ketahui, tahun 2008 film lokal di Indonesia banyak sekali yang bernuansa (sok) seksi dengan cerita yang (sangat) biasa
Barbie, Ku Tunggu Jandamu, Suami-suami Takut Isteri, Asmara Dua Diana (awal 2009) dsb
Film-fillm itu hanya menampilkan bagian seksi Julia Perez, Dewi Perssik, Sarah Azhari, Aura Kasih, Titi Kamal dll
Cerita asal, bintang film seksi, adegan syur, yak! Jadilah sebuah film…

Belum lagi film-film yang (masih aja) bertemakan horor
Sound horor (deng deng….!!), ngagetin orang, ada adegan syur (tetep…), ada yang mati, balas dendam, yak! Jadilah sebuah film…
Gw tadi kaget bgt pas ngeliat ada dua film yang memakai kata POCONG pada waktu yang bersamaan… (bener2 gak ada kemajuan)
The Real Pocong, dan Sumpah(ada)Pocong
Pasti kalo Pocong itu bisa bangun, dia akan minta royalti, karena namanya sering banget muncul buat judul film
Ternyata sifat (buruk) plagiatisme dan kerumunan masih bernaung dengan damai di negeri kita yang tercinta ini (baca : Indonesia)
Gw juga sempet ngakak pas ngeliat film Pocong vs Kuntilanak
Gw pikir film ini nyaris sama kayak Alien vs Predator gitu, gak taunya film ini gak jauh beda dengan sinetron dubbing yang ditayangin di Indosiar… puffh, kebuang sia-sia 20rb gw

Dan akhirnya muncullah penyelamat kita, yaitu film Kambing Jantan!
Film ini sama sekali nggak ada adegan syurnya (finally, yes!)
Gw juga sedikit bingung awalnya, pesan moral apa yang mau disampein sama Raditya Raka feat. Rudy Sujarwo disini
Kisah cintanya datar, gampang ketebak
Humornya juga terkesan gampang dilupain
Tapi akhirnya gw nemuin satu kata, kualitas
Waktu si Dika nyari kartu telpon, ia sempet salah milih pada awalnya
Ia milih kartu yang murah dan lama telpnya, tapi jelek sinyalnya
Setelah menyingkirkan kartu yang agak mahal dan sebentar nelpnya, namun bagus kualitas sinyalnya
Walaupun akhirnya ia lebih memilih kartu yang sebentar nelpnya tapi bagus kualitasnya
Dan juga berkali-kali orang India itu ngomong ke Dika, “quality, not quantity”
Disini jelas banget ngegambarin bahwa orang-orang Indonesia masih suka terhadap kuantitas dibandingkan kualitas

Coba saja lihat berapa banyak sarjana yang dilahirkan setiap tahunnya
Namun berapa persen dari mereka yang mempunyai kualitas yang bagus
Yang benar-benar menguasai teori dan praktek
Ujung-ujungnya ya jadi pengangguran, atau berwirausaha menjadi tukang jual pulsa
Coba lihat lagi, biasanya orang menengah kebawah banyak banget anaknya
Namun mereka jadi morat-marit untuk menafkahi keluarganya, (apalagi) menyekolahkan anak-anaknya tersebut
Ujung-ujungnya tamatan SD
Karena ya itu tadi, budaya kita masih budaya kuantitas bukan kualitas
Budaya kita masih belum bisa berinovasi
Masih sulit untuk memiliki kualitas
Masih belum bisa mempunyai sifat anti kerumunan

Semoga dengan tayangnya film Kambing Jantan ini bisa membuka mata, telinga, dan hati kita semua tentang apa itu KUALITAS.

0 komentar: