Wanita itu masih tampak cantik meski raut wajahnya pucat
Dia pun tertuduk, dengan lesu
Dipinggir pantai, tak seberapa jauh dari ombak yang paling jauh
Disaat matahari mulai mengantuk
Mengapa ia memilih pantai?
Karena itulah perjumpaan pertamanya dengan kekasihnya
Dia tetap tertuduk, dengan lesu
Menerbangkan curahan hatinya kepada angin yang berhembus
“Kapan lagi dirinya mengucapkan selamat pagi?”
“Kata yang selalu aku dapatkan disaat pagi menyapa”
“Kapan lagi dirinya mengingatkanku jangan lupa makan?”
“Kata yang selalu aku dapatkan disaat aku bergelut dengan pekerjaanku”
“Kapan lagi dirinya memelukku?”
“Pelukan yang selalu aku dapatkan disaat aku sedang berjuang melawan kegundahan”
“Kapan lagi dirinya memuji diriku?”
“Kata yang selalu aku dapatkan disaat bertemu denganku”
“Kapan lagi dia mencium diriku?”
“Kecupan yang selalu aku dapatkan ketika dia mengantarkanku pulang?”
“Kapan lagi dia mengucapkan selamat malam?”
“Kata yang selalu aku dapatkan disaat aku ingin terlelap”
Dia masih tertuduk, dengan lesu
Disaat suara-suara panggilan untuk solat mulai terdengar
Suaranya masih diberikan kepada angin yang menyentuhnya
“Kapan lagi dia mengucapkan sayang padaku?”
“Kata yang selalu aku dapatkan setiap saat darinya”
Tak berapa lama, wanita itu pun pergi
Bersamaku, angin yang selalu mendengarkan suaranya
Angin yang sebenarnya tahu bagaimana kondisi kekasihnya yang sesungguhnya
Angin yang sebenarnya tahu bahwa kekasihnya sedang mengucapkan kata-kata itu untuk wanita lain
Namun aku tetaplah aku, hanya angin yang hanya bisa dirasakan olehnya
Kamis, 21 Mei 2009
Kapan Lagi
Diposting oleh
Argadi
di
22.47
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar